Pages

saya mencintai dan menikmati alam tapi saya tetep doyan wanita.

Saturday 4 January 2014

Sepedaan kita

Bersepeda mungkin terdengar biasa, tapi bagi sebagian orang bersepeda dpt menjadi kegiatan dan tontonan yang menarik,dengan cara mereka sendiri tentunya.

Begitu juga dengan saya dan teman2 seperjuangan saya(bro, kpn kumpul lg bro? Tp g usah nyusulin si pian, biar doi nungguin kita yg lama disana), cara kami bersepeda kadang berbeda. Bukan, bukannya kami ngayuh pake tangan, bukan. Tetep kok kami duduk di sedel, ngayuh pake kaki, pegang stang pake tangan. Tapi kadang kami punya ide2 super kreatif tentang gimana memaksimalkan fungsi sepeda, jadi kita mengeksplorasi potensi2 yg ada pada sepeda2 kami.

Seperti pada suatu hari, setelah mendengar dr guru agama bahwa adu domba itu dilarang dan kami mengamati bentuk sepeda itu mirip hewan yg asik diadu tadi, jadilah kami sepakat untuk mengganti objek aduan kami (yang biasanya domba2nya si dwi) menjadi sepeda.
Dalam pertandingan ini dibutuhkan mental yang kuat, nyali yang besar, sense of distance yg sempurna dan akurasi yg bagus.
Pertandingan dimulai dengan pemain sudah siap berhadapan di garis2 samping lapangan dengan sepedanya masing2. Setelah aba2 "mulai" diteriakkan para pemain langsung mengayuh sepeda ke arah lawan, dan ketika jarak diantaranya tinggal 10meter kedua pemain lgsung lompat dari sepedanya dengan sepeda tetap melaju lurus dan akhirnya bertabrakan. Kalo yang main jago, sepeda tadi akan bertabrakan dg sempurna di titik pertemuan x. Tapi kalo yg main g jago, sepeda2 mereka nggak akan ketemu, yang satu melenceng kejurang yang satu ke arah planet namec.
Saat sepeda bertabrakan kita tertawa puas. Tau sih ntar sepeda2 nya bakal rusak, velg ban bengkok, gotri di setang pada lepas. Tapi ya kita suka aja, mentertawakan kebodohan kita.

Ada lagi, di sebelah utara desa saya mengalir kali njebol, nah untuk ke kali tadi ada sebuah turunan yang letaknya g jauh dari kali tadi. Nah geng saya tadi yg super kreatif membuat sebuah kompetisi. Kita menguji kemampuan kita menyeting sepeda kita sestabil mungkin. Jadi di turunan tadi kita melepaskan sepeda2 aduan, nah disitu kita tahu sepeda siapa yg paling stabil. Yg paling jauh adalah yg paling stabil. Apa lagi yg sampai terjun ke kali, tingkatannya udah dewa..

Ada juga, seorang saya. Ketika ditantang teman saya untuk "lepas setang" di turunan tadi terus sampai sepeda berhenti. Yah karena saya jago dan jika menolak maka harga diri saya yg tinggi ini akan jatoh maka saya menyanggupinya. Jadi lah saya melakukan tantangan teman saya tadi. di awal turunan, saya msh pegang setang. setelah 2 meter jalan saya mulai mengangkat kedua tangan saya. Sampai dasar turunan saya msh bisa mengendalikan sepeda. Nah setelah turunan laknat itulah masalah baru dimulai.
Dalam kontrak permainan disebutkan bahwa saya harus tetap lepas tangan sampai sepeda berhenti. Disaat itu saya harus berfikir dg cepat. Pilihan saya cuma 3, menabrakan diri ke semak2(yang 100% pohon bambu), berhenti mendadak dg resiko lecet atau menyeburkan diri ke kali.
Dan saya memilih opsi terakhir. Yang tidak menimbulkan luka apapun. Jadilah saya dan sepeda kesayangan saya berakhir di kali.
Saya basah kuyup, harga diri tetap terjaga. Sepeda saya? Karena air kalinya keruh, Setelah setengah jam nyari akhirnya ketemu...

No comments:

Post a Comment