Pages

saya mencintai dan menikmati alam tapi saya tetep doyan wanita.

Tuesday 4 November 2014

Green Canyon


Ada satu tempat dipulau jawa ini yang pengen banget saya kunjungi sejak tahun 2009. Green Canyon. Ini sebenarnya kali doang sih, tapi ya itu terkenal, kanan kirinya tebing, dan kalo diliat di gugel sih cakep abis. Lokasinya satu jam dari pantai Pangandaran, pake mobil.
Jumat terakhir bulan september 2014 akhirnya saya kesampean juga ke sana,setelah ngompor-ngomporin beberapa orang  buat ikut. -Febri, mbak bro Mia, dek Ares, mak Eny, bro Winra-. Kita berangkat dari BSD jam 19.48 waktu jam fa'i. Lewat jalur BSD-Bandung-Ciamis-Banjar-Pangandaran. Kita sampe pangandaran jam 06.30an, itu udah pake nyasar 10km jauhnya ke arah Purwokerto mana jam 3 pagi pula kita nyasarnya, waktu-waktu yang susah nyari orang buat ditanyain jalan. Jadi kalo semisal waktu itu ga nanya arah sama bapak-bapak dipinggir jalan, ya kita jadinya mudik ke Jogja, ga ke pangandaran. Ini salah dek Winra yang sok tau jalan, kacrut emang dia.
Sampai di pangandaran kita langsung nyari tempat buat kita tidur. Dapet lah kita di sekitar pantai timur. Itu di sekitar pantai, dari ujung ke ujung isinya penginapan semua. Jadi ga susah-susah amat lah nyari tempat buat rehat. Eng, sebetulnya kita ga usah nyari sih, kemaren itu kita udah ditawarin sama pakdhe-pakdhe kok, tinggal cocok apa enggak harga sama tempatnya.
Setelah deal harga tempat istirahatnya, kita langsung bebersih, entah pipis, pupup, pepes, popop, segala macem lah. Pokoknya menuntaskan segala hasrat yang tertahan selama dimobil.
Rencana sih abis bebersih kita mau langsung cus ke Green Canyon. Karena kata yg punya penginepan, itu Green Canyon kalo minggu rame pake banget. Kalo kesorean, belum sampe finish udah magrib. Jadilah kita merencanakan jam 9 berangkat dari penginetan. Ealah ya namanya manusia sih ya, hanya bisa berencana, keadaan dan keturon-an jadi penghalang. Sambil nungguin orang pertama mandi manusia2nya yang lain pada klekaran diatas kasur/ sofa, yaudah ga sampe 3x helaan nafas udah ilang deh, tidur semua termasuk saya. Jadilah kita berangkat jam 11.15an, ga jadi jam 9.
Tepat 12.15 kita sampe di lokasi pemberangkatan wisata. Keliatan kok, ada banyak kapal, perahu sih sebenernya, kalok kapal kok kesannya jadi gede banget.
Begitu turun dari mobil kita langsung disamperin mas-mas yang nawarin paket wisata komplit. Ya berhubung kita males kesanakemari dan mas-masnya keliatannya meyakinkan, jadilah kita ambil paketnya.
Sebelum capcus kungkum di kali, kita sholat dhuhur jamak ashar dulu. Trus, jam 13.00 kita cus dari beskem ke starting point. Butuh sekitar 20-30 menit untuk sampe ke Starting Point, itu udah ketambahan mobil berhenti ditanjakan gegara abis bensin, oiya fyi kita diangkut pake mobil pik ap. Sebelum berangkat kita di suruh pake pelampung, helm, sama alas kaki. Itu fasilitas kok, jadi kita ga perlu bawa-bawa ban dalem atopun helm SNI dari rumah, udah dipinjemin termasuk alas kakinya.
Setelah melewati perjalanan yang sangat menyiksa bokong, akhirnya kita diturunin juga dari pik ap. Tapi belum kungkum ya, kita harus jalan dulu di turunan baru sampe kali. Yey. 
Starting point buat susur sungai biasa aja. Pemandangan kali, airnya bening, banyak pohon, ya ga ada yang 'wah' lah menurut saya, karena emang dari kecil saya mainnya dikali dan kali di desa saya ya gitu juga, pohon, padas, orang nyuci di pinggir kali sepaket sama genderuwo yang lagi parkir dibalik pohon. Nah sampe sekitar 200-300 m kita menyusuri sungai baru mulai keliatan ada yang keren. Saat kita ngambang sambil menghadap langit, dari tebing-tebing ditepi sungai ada banyak pohon yang akar gantungnya menggantung diatas kita, langit biru membelah hijaunya pepohonan yang melindungi kita dari panasnya matahari,langitnya udah kek kali gitu deh keren.
Lagi enak-enaknya ngambang eh kita disuruh minggir sama om jawir(pemandu kita), kita minggir trus naek ke tepian sungai dan ternyata  disana ada goa nya. Iya goa, pintu goanya gedhe banget udah kek goa-goa di filem lord of the ring itu lah, tapi kita ga masuk goa cuman foto-foto doang di pintu goa terus nyemplung lagi ke sungai.
Nah dari situ pemandangan sungainya makin kesono makin keren, subhanallah banget lah. Dari mulai bentuk tebingnya yang keren, celah-celah sungai yang luar biasa gagah dengan batu padas nya, air-air yang netes-ngalir-ngocor dari tepian tebing-tebing di sepanjang tepian sungai, jeram-jeram yang luar biasa indah, batu-batu padas ditengah sungai yang kompakan sama elevasi sungai, arus air, cahaya-cahaya matahari yang menembus pepohonan. Membuat saya berandai-andai kalok saja mata ini bisa meng-capture pemandangan yang luar biasa indah ini, ah, saya bisa membaginya dengan kawan-kawan. Ga bosen lah pokoknya 4jam ngambang diatas aer, pokoknya tau-tau  nyampe ujung udah jam setengah 6 aja. Dari situ kita diangkut pake perahu motor untuk kembali ke basecamp. Begitu kita sampai basecamp kita langsung mandi, beberes, sholat, makan deh. 
Green Canyon amazing lah pokoknya, saya mau lah diajakin kesini lagi, ga kapok saya. 

Tips :
Jangan mintain mas-mas pemandunya buat ngambilin foto, mereka bukan fotografer. Hasilnya burem. Nyesel saya kemaren nitipin hp ke doi. 

Gambar-gambar berikut tidak menampilkan keadaan sebenarnya. Yang sebenarnya lebih cakep dari yang difoto, termasuk modelnya.

-Dek Ares, Mak Eny, Dek Feber, Mbak Bro Mia, Dek Paik-



Ini fasilitas, iya sendalnya selewah.

Jalan yang beginian nih yang sangat nggak bersahabat sama yang punya pantat tepos macam saya.

Yak, START kita turun ke kali.

Pintu goa yang kata mas Jawir sih dalemnya sekilometer lebih


nggak melulu ngambang di air, ya kadang jalan juga, idup juga gitu, jangan cuma ngikut aliran aja, emang situ feses yang cuman bisa ngambang doang ngikut arus? #ehlakok


Jangan menyerahkan nasib foto-foto anda di tangan guide. dadi blawur koyo ngene rek.








Itu sebelah kiri saya sebenarnya ada kali terus di seberang kali tebingnya cakep banget



Saturday 6 September 2014

Perempuan

Dia tampak kuat. Mandiri, sudah terbiasa hidup jauh dari orang tua, terbiasa hidup dikota besar sendiri karena memang tuntutan sebagai mahasiswi, ulet.

Dia teguh, tegar, dalam berbagai situasi dia tampak tidak melemah, jarang sekali melihatnya betul-betul mengeluhkan kondisinya, hatinya benar-benar besar dan kuat kawan.

Air mukanya selalu memancarkan kekuatan, tidak ada pelemahan, yah walau terkadang saat dia tidak suka akan sesuatu akan langsung terlihat juga di air mukanya. Tegas, itu kesannya.

Mungkin itu yang membuat orang-orang disekitarnya berfikir dia 'wonder woman', kuat. 

Tapi kawan ketahuilah, semandiri apapun dia, seteguh apapun dia, setegar apapun dia, dia tetap wanita kawan. Dia tetap butuh perlindungan. Dunia luar tetap memberikan segudang ancaman terhadap dia. Dia tetap butuh seseorang didekatnya, untuk menguatkannya. Ya walaupun tidak berbuat apa-apa,setidaknya saat dia berusaha untuk menguatkan dirinya, saat dia lelah, ada tangan dan pundak untuk dia pegang. Mengingatkannya, Dia tidak sendiri.

Ketahuilah juga kawan, semakin bertambah usia seorang perempuan, semakin bertambah pula bahaya juga ancaman yang membayanginya. 

Dia tetap makhluk yang perasaanya selembut sutera, yang akan meneteskan airmata haru untuk sebuah perpisahan, yang akan iba bila melihat seorang ibu-ibu tua menjajakan barang dagangannya yang tak seberapa sampai lepas malam. Kelembutan itu bukan menunjukkan kelemahan diri, kelembutan itulah yang membuat dia berharga untuk dijaga dan diperjuangkan.

Dan, pria hanya akan memperlihatkan sisi lemah mereka dihadapan perempuan-perempuannya. karena kita, para pria percaya bahwa mereka adalah orang yang bisa menguatkan kita. Ya, hanya mereka. Dia. 
Karena itulah kawan, jaga baik-baik perempuan-perempuan mu.

*terimakasih kepada perempuan-perempuan ku, Ibuku, Adikku, dan Dia. Yang telah menguatkanku dan menjadi "Rem" untuk semua kekhilafan yang mungkin aku perbuat. Ya, mengingat mereka adalah caraku untuk menguatkan diriku, untuk menahanku saat aku lepas kendali mengikuti ego darah mudaku.. Terimakasih.

Sunday 22 June 2014

Garasi

Aku tidak menyangka sebelumnya bahwa akan begini. Entah kenapa hati ini memilih km sbg tempat pemberhentian. Dan Aku yakin dia tidak akan parkir sembarangan. Iya, kamu bukan orang sembarangan. Sudah sewindu aku mengenalmu, dan pertama mengenalmu aku kira kamu seorang yg dingin, judes, dan pendiam. Semakin kesini jadi tahu bahwa kamu itu sedikit galak, jadi tahu kamu bisa diajak bercanda, dan kita menjadi teman baik,  tetapi hati ini masih belum parkir di kamu saat itu.
Dan sekitar setahun yang lalu. Saat aku pulang ke kota kita setelah sekian lama tidak pulang. Kita bertemu. Tidak berdua, tapi bersama sahabat-sahabat terbaik kita. Saat itu pun aku masih bersikap biasa saja.
Sampai saat aku pulang ke rumah, ada sebuah pesan dari seorang sahabat kita yg mengatakan bahwa kita tampak mirip dan cocok jika bersama. Aku hanya tertawa membacanya. Tapi setelah itu berangsur2 aku mulai memperhatikanmu, kamu dg senyum manismu, dg tiap pose yang sama dalam setiap foto mu, dan tanpa aku sadari aku sudah terpikat olehmu. Ya, hati ini sudah mendapatkan tempat untuk berhenti.
Aku tidak tahu mengapa kamu. Yah, kita tidak dapat memilih kepada siapa kita jatuh cinta. Sial? Beruntung? Itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Aku yakin kamu akan bertanya, apakah ini hanya akan menjadi tempat parkir sementara? Aku juga tdk dapat menjawabnya. Tapi aku meyakinkan diriku ini bukan sembarang tempat parkir, kali ini aku berhenti di garasi ku. Ya, tempat aku pulang. Tempat dimana aku bisa dengan tenang berhenti. Tempat aku mengakhiri perjalanan panjangku.
Tapi hati ini tidak akan bisa masuk dan mengakhiri semua itu, kecuali kamu bukakan pintumu. Ataukah digarasi itu sudah ada yang mengisi? Ah, sial kalau begitu.
Tapi yang jelas, Sampai kau bukakan pintumu dia akan tetap disini menunggumu membukakan pintu. :)

Sunday 8 June 2014

Apa jadinya jika kita bisa hidup selamanya?

Apa jadinya jika kita dapat hidup selamanya?
Immortal? Yah semacam itulah. Pernahkah kita memikirkannya? Jadi seakan-akan umur kita tak terbatas?
Kita hidup dalam keterbatasan, itu (menurut saya) yang membuat hidup kita bermakna, bernilai, dan membuat kita menghargai hidup.
Sama seperti kita memperlakukan kepingan 500 rupiah. 500 rupiah mungkin tidak akan kita pedulikan jika didompet kita ada 3 juta rupiah lainnya, beda cerita jika itu adalah kepingan-kepingan terakhir yang kita punya dan kita dihadapkan dengan tukang parkir yang tidak akan membiarkan kita membawa kendaraan kita tanpa memberikan tanda jasa ke mereka.
Tuhan memang sungguh luar biasa, menyisipkan momen-momen berharga dalam hidup dengan memberikan keterbatasan-keterbatasan pada kita.
Saat semuanya, ya semuanya, apapun itu saat semuanya berakhir, kita akan menyadari betapa berharga dan bermaknanya hal tersebut. Karena kita hidup dalam keterbatasan, itu yang membuat hidup kita lebih baik.
Lalu, apa jadinya jika kita dapat hidup selamanya?

Monday 14 April 2014

Imajinatif, bukan kekanak-kanakan.

Abis bbman sama temen, ngobrol random dan berujung doi ngchat 'khayalan sik endi? Aku kakean ntn film anak2 apa ya? Haha'
Terus kepikiran, mikir jauh kebelakang, ternyata secara sadar saya juga sering melakukannya. Lah,doi aja yang cewek, yang tampilannya cool aja bilang kebanyakan nonton film anak-anak? Apalagi saya? Ga cuman nonton film anak-anak, bahkan saya juga sering bertingkah kekanak-kanakan.
Apa lagi kalo kumpul bareng temen-temen sepergilaan, udahlah kelakuan kita pasti aneh-aneh.
Men, ga ada yang lebih asik dibanding melakukan hal gila bareng temen-temen yang sama gilanya. Memang sih kalo dilihat dari mata orang lain mungkin terlihat 'ngisin-isini' dan kekanak-kanakan. Tapi peduli setan lah, gengsi buang jauh-jauh. 'toh ga ada yang kenal ini' jadi jurus paling  ampuh. Jadi jangan heran, kalo sering ngeliat sekumpulan lelaki yg udah gede dan mereka kumpul dipojokan ngerubutin 2 org yg lg pegang console game, dan pada heboh ga jelas.
Tapi jangan salah sangka kalo liat cowok-cowok yang begitu. Jangan lgsung memberikan penilaian 'ah, itu orang2 msh kekanak2an'. Bukan, itu bukan kekanak-kanakan. Itu imajinatif. Iya, mereka saling bertukar imajinasi.
Menurut saya sih, cowok sampai kapanpun akan tetap punya dan akan tetap senang melakukan kegiatan yang bersifat kekanak-kanakan, setua apapun dia. Nah bedanya semakin bertambah usia psikologis seseorang semakin dia tau batasan-batasan dan timing yang pantas untuk melakukannya.
Ga percaya? Saya sering banget liat om-om usia 40an main PS, ya kayak anak smp-sma gitu kelakuannya, saling ejek, teriak-teriak, seru ngeliatnya. Pernah malah suatu hari ada om-om juga, doi lagi terima telepon gini 'iya, ini papa bentar lagi pulang, lagi rapat ini sama temen papa', padahal doi lagi asik main pes. :)
Emang sih kita perlu bersikap dewasa, emang sih bersikap dewasa kayak orang tua itu keren, tapi kalo porsinya terlalu byk jadinya bikin orang jd ga asik. Orang2 macam om2 yg main pes tadi bukannya masih kekanak2an, cuma sisi imajinatifnya aja lg muncul. :p
Mereka bisa, bisa banget malahan bersikap bijak, kasih nasehat. Iya, bisa. Disaat yg mereka anggap tepat.
Orang yg ga punya 'sisi imajinatif' itu ga bagus hlo. Serius. Doi jd susah berkembang karena terlalu kaku.
Percayalah, tanpa sifat kekanak-kanakan maka ga ada imajinasi, dan semisal ga ada imajinasi ga bakal ada inovasi, kalo ga ada inovasi maka ga ada penemuan2. Lagian kita juga ga bisa melulu hidup dg logika2 kehidupan yang keras, Kalo kata orang jawa timuran 'iso seteres rek'. Yah sesekali kita juga perlu mengesampingkan logika dan membiarkan diri kita berimajinasi, dan sedikit berkhayal.
Jadi, jangan buang sisi kekanak-kanakan kita. :)

Monday 31 March 2014

Dengarkan beberapa patah kata.

Sebentar, tunggu sebentar, aku meminta sedikit waktumu. Aku hanya ingin berbicara kepadamu, tidak menuntut jawabanmu ataupun responmu. Aku harus mengatakannya sekarang karena jika nanti-nanti aku khawatir sudah tdk sempat mengatakan kepadamu. Lebih tepatnya aku khawatir jika aku mengetahui ada yg mendahuluiku mengatakannya kepadamu dan kamu memberikan respon positif.

Aku suka kamu, sudah itu saja.

Silahkan kamu marah ataupun jengkel,itu hakmu. Tapi, Jangan menyuruhku untuk menghilangkan perasaan ini. Kamu tidak perlu pula menghawatirkanku karena aku mempunyai rasa ini. Karena aku tidak sedikitpun menyesal telah memiliki rasa terhadap mu. Aku bahkan senang karena yg tertambat dihati ini adalah kamu, bukan yang lain. Tidak ada yang salah, bukan salahmu, bukan pula salahku. Karena, sialnya, kita tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta.

Jika kamu bertanya kenapa aku mengatakan ini? Sebenarnya aku sangat ingin menahannya, Tapi aku tidak mau jadi pecundang lagi, karena sudah pernah aku berhenti dititik itu dan meninggalkan sepercik sesal kesininya. Saat seorang teman menceritakan kisahnya aku mengumpat dalam diamku. 'brengsek, kenapa juga dulu aku mundur'

Jika kamu bertanya sejak kapan? Aku hanya akan menjawab 'sejak hati ini berkonspirasi dengan otak untuk mencari pembenaran atas semua yang kamu lakukan, yang dianggap miring oleh orang lain'. Ya, aku selalu berfikir semua yang kamu lakukan selalu benar dan menarik. Otak yg sudah berkonspirasi memang sudah tidak dapat berfikir objektif, selalu subjektif jika menyangkut tentangmu.

Sekarang sudah tidak ada yg mengganjal di hatiku. Terimakasih sudah meluangkan waktumu untuk mendengarkanku.

Saturday 4 January 2014

Sepedaan kita

Bersepeda mungkin terdengar biasa, tapi bagi sebagian orang bersepeda dpt menjadi kegiatan dan tontonan yang menarik,dengan cara mereka sendiri tentunya.

Begitu juga dengan saya dan teman2 seperjuangan saya(bro, kpn kumpul lg bro? Tp g usah nyusulin si pian, biar doi nungguin kita yg lama disana), cara kami bersepeda kadang berbeda. Bukan, bukannya kami ngayuh pake tangan, bukan. Tetep kok kami duduk di sedel, ngayuh pake kaki, pegang stang pake tangan. Tapi kadang kami punya ide2 super kreatif tentang gimana memaksimalkan fungsi sepeda, jadi kita mengeksplorasi potensi2 yg ada pada sepeda2 kami.

Seperti pada suatu hari, setelah mendengar dr guru agama bahwa adu domba itu dilarang dan kami mengamati bentuk sepeda itu mirip hewan yg asik diadu tadi, jadilah kami sepakat untuk mengganti objek aduan kami (yang biasanya domba2nya si dwi) menjadi sepeda.
Dalam pertandingan ini dibutuhkan mental yang kuat, nyali yang besar, sense of distance yg sempurna dan akurasi yg bagus.
Pertandingan dimulai dengan pemain sudah siap berhadapan di garis2 samping lapangan dengan sepedanya masing2. Setelah aba2 "mulai" diteriakkan para pemain langsung mengayuh sepeda ke arah lawan, dan ketika jarak diantaranya tinggal 10meter kedua pemain lgsung lompat dari sepedanya dengan sepeda tetap melaju lurus dan akhirnya bertabrakan. Kalo yang main jago, sepeda tadi akan bertabrakan dg sempurna di titik pertemuan x. Tapi kalo yg main g jago, sepeda2 mereka nggak akan ketemu, yang satu melenceng kejurang yang satu ke arah planet namec.
Saat sepeda bertabrakan kita tertawa puas. Tau sih ntar sepeda2 nya bakal rusak, velg ban bengkok, gotri di setang pada lepas. Tapi ya kita suka aja, mentertawakan kebodohan kita.

Ada lagi, di sebelah utara desa saya mengalir kali njebol, nah untuk ke kali tadi ada sebuah turunan yang letaknya g jauh dari kali tadi. Nah geng saya tadi yg super kreatif membuat sebuah kompetisi. Kita menguji kemampuan kita menyeting sepeda kita sestabil mungkin. Jadi di turunan tadi kita melepaskan sepeda2 aduan, nah disitu kita tahu sepeda siapa yg paling stabil. Yg paling jauh adalah yg paling stabil. Apa lagi yg sampai terjun ke kali, tingkatannya udah dewa..

Ada juga, seorang saya. Ketika ditantang teman saya untuk "lepas setang" di turunan tadi terus sampai sepeda berhenti. Yah karena saya jago dan jika menolak maka harga diri saya yg tinggi ini akan jatoh maka saya menyanggupinya. Jadi lah saya melakukan tantangan teman saya tadi. di awal turunan, saya msh pegang setang. setelah 2 meter jalan saya mulai mengangkat kedua tangan saya. Sampai dasar turunan saya msh bisa mengendalikan sepeda. Nah setelah turunan laknat itulah masalah baru dimulai.
Dalam kontrak permainan disebutkan bahwa saya harus tetap lepas tangan sampai sepeda berhenti. Disaat itu saya harus berfikir dg cepat. Pilihan saya cuma 3, menabrakan diri ke semak2(yang 100% pohon bambu), berhenti mendadak dg resiko lecet atau menyeburkan diri ke kali.
Dan saya memilih opsi terakhir. Yang tidak menimbulkan luka apapun. Jadilah saya dan sepeda kesayangan saya berakhir di kali.
Saya basah kuyup, harga diri tetap terjaga. Sepeda saya? Karena air kalinya keruh, Setelah setengah jam nyari akhirnya ketemu...

Wednesday 1 January 2014

Hilangnya Masa Depan

Di desa saya, tepatnya disisi utara desa saya mengalir sebuah kali yang namanya "kali njebol" *iya njebol, pake 'n'*. Nah bagi anak2 di jaman itu, belum dikatakan sah jadi anak2 desa kalo belum pernah mandi dikali njebol tadi karena pada jaman itu kekeluargaan kami sangatlah kuat,jadi kami lbh memilih mandi disungai bareng2 dg mengumbar titit kemana2 daripada main game online macam RO ataupun DotA. Oke, saya ngibul, waktu itu komputer pun belum ada yg masuk ke desa saya.

Nah di jaman itu, kegiatan anak2 disetiap harinya seperti sudah terjadwal. Jadi bagi anak2 kelas 1-2 jam 10 pulang, terus diuber emak2nya disuruh makan yg pada akhirnya malah kabur ke lapangan untuk sekedar main gundu ataupun main kasti. Untuk anak2 kelas 3 - 6 jam 1 pulang, terus makan siang dan lanjut nyusulin ke lapangan buat nongkrong terus pindah tmpat main ke kali yang enggak panas karena emang ditepi kali tadi selalu ada byk pohon bambu.

Pada suatu hari, setelah malam sebelumnya ada film anaconda yg disiarkan di tipi, jadilah kita main anaconda di kali. Jadi teknis permainannya sih ga beda jauh sama kejar2an. Yang jadi anaconda 1 yang lain jd orang, *lah, kan emang orang. Oke acuhkan* terus anaconda td nangkep satu persatu orangnya sampe abis.

Nah entah saya lumayan jago renang atau gegara saya kurus jd g menarik buat ditangkep, jadi lah saya termasuk anak2 terakhir yg bertahan. Saya dan dua orang teman saya ada daratan yg tingginya 1 meter-an lah dari permukaan kali. Biar seru, itu manusia2 lemah yg ketangkep duluan sama si anaconda nguber kami ke daratan trus berusaha nyeburin kami.

Saat itu ada 4 manusialemah, trus ada satu yg ngebet bgt ngebuat saya nyebur trus biar di tangkep anaconda. Dan seperti kata pepatah, sepandai2 tupai melompat akhirnya nyebur kali juga. Saya pun terpojokan dan saya dijorokin ke kali. Karena saya suka liat pilem ksatria baja hitam, dan saya sangat mengagumi kotaro minami. Disaat2 terakhir saya dijorokin saya melihat ada sedikit peluang lolos dari maut. Disisi kiri ada tepian sungai yg keras dari batu, atau yg biasa disebut padas. Nah, seperti gerakan lambat saya mengubah posisi kaki berusaha menapak di padas tadi. Tapi gegara salah perhitungan dan ada padas yg berada dibawah permukaan air, jadilah pendaratan saya tidak mulus,. Bukannya jongkok atau berdiri bak ksatria baja hitam yg mendarat setelah lompat dari gedung bertingkat, tapi malah ngangkang dg zak*r terlebih dahulu kepentok padas.
Saya meringis, gulung2 di tepian kali.
Teman2 saya? Pada ngakak. Gulung2 juga.