Pages

saya mencintai dan menikmati alam tapi saya tetep doyan wanita.

Sunday 22 June 2014

Garasi

Aku tidak menyangka sebelumnya bahwa akan begini. Entah kenapa hati ini memilih km sbg tempat pemberhentian. Dan Aku yakin dia tidak akan parkir sembarangan. Iya, kamu bukan orang sembarangan. Sudah sewindu aku mengenalmu, dan pertama mengenalmu aku kira kamu seorang yg dingin, judes, dan pendiam. Semakin kesini jadi tahu bahwa kamu itu sedikit galak, jadi tahu kamu bisa diajak bercanda, dan kita menjadi teman baik,  tetapi hati ini masih belum parkir di kamu saat itu.
Dan sekitar setahun yang lalu. Saat aku pulang ke kota kita setelah sekian lama tidak pulang. Kita bertemu. Tidak berdua, tapi bersama sahabat-sahabat terbaik kita. Saat itu pun aku masih bersikap biasa saja.
Sampai saat aku pulang ke rumah, ada sebuah pesan dari seorang sahabat kita yg mengatakan bahwa kita tampak mirip dan cocok jika bersama. Aku hanya tertawa membacanya. Tapi setelah itu berangsur2 aku mulai memperhatikanmu, kamu dg senyum manismu, dg tiap pose yang sama dalam setiap foto mu, dan tanpa aku sadari aku sudah terpikat olehmu. Ya, hati ini sudah mendapatkan tempat untuk berhenti.
Aku tidak tahu mengapa kamu. Yah, kita tidak dapat memilih kepada siapa kita jatuh cinta. Sial? Beruntung? Itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Aku yakin kamu akan bertanya, apakah ini hanya akan menjadi tempat parkir sementara? Aku juga tdk dapat menjawabnya. Tapi aku meyakinkan diriku ini bukan sembarang tempat parkir, kali ini aku berhenti di garasi ku. Ya, tempat aku pulang. Tempat dimana aku bisa dengan tenang berhenti. Tempat aku mengakhiri perjalanan panjangku.
Tapi hati ini tidak akan bisa masuk dan mengakhiri semua itu, kecuali kamu bukakan pintumu. Ataukah digarasi itu sudah ada yang mengisi? Ah, sial kalau begitu.
Tapi yang jelas, Sampai kau bukakan pintumu dia akan tetap disini menunggumu membukakan pintu. :)

Sunday 8 June 2014

Apa jadinya jika kita bisa hidup selamanya?

Apa jadinya jika kita dapat hidup selamanya?
Immortal? Yah semacam itulah. Pernahkah kita memikirkannya? Jadi seakan-akan umur kita tak terbatas?
Kita hidup dalam keterbatasan, itu (menurut saya) yang membuat hidup kita bermakna, bernilai, dan membuat kita menghargai hidup.
Sama seperti kita memperlakukan kepingan 500 rupiah. 500 rupiah mungkin tidak akan kita pedulikan jika didompet kita ada 3 juta rupiah lainnya, beda cerita jika itu adalah kepingan-kepingan terakhir yang kita punya dan kita dihadapkan dengan tukang parkir yang tidak akan membiarkan kita membawa kendaraan kita tanpa memberikan tanda jasa ke mereka.
Tuhan memang sungguh luar biasa, menyisipkan momen-momen berharga dalam hidup dengan memberikan keterbatasan-keterbatasan pada kita.
Saat semuanya, ya semuanya, apapun itu saat semuanya berakhir, kita akan menyadari betapa berharga dan bermaknanya hal tersebut. Karena kita hidup dalam keterbatasan, itu yang membuat hidup kita lebih baik.
Lalu, apa jadinya jika kita dapat hidup selamanya?