Pages

saya mencintai dan menikmati alam tapi saya tetep doyan wanita.

Saturday 14 February 2015

Cemoohan katak sawah

Malam terlampau larut untuk di sebut malam.
Bau tanah basah masih tercium setelah 2 jam hujan berhenti.
Udara dingin, tapi tidak menusuk.
Sepi, tenang, khas suasana malam pedesaan.
Suara gemericik air di kali depan rumah terdengar jelas, entah kenapa malah sedikit meredam hati yang linglung.
Segelas besar Teh Mint menemani, termangu menatap kosong sawah-sawah di seberang kali.

Merenung
Ego, masa depan, persahabatan, cinta.
Sial, klasik sekali, persahabatan dan cinta.
Tau apa masalahnya, tau solusi termudahnya, tapi berat untuk mengeksekusinya.

Para katak entah kenapa dg brengseknya bersautan, terdengar seperti cemooh, kemana ular-ular sawah disaat seperti ini?? Sial,ular-ular sawah belakangan hanya seperti mitos.

Teh disebelah tangan tandas tertenggak. Baiklah mungkin ini pertanda untuk segera berdiri, enyah menyingkir dari cemoohan para katak, masuk ke rumah dan membiarkan badan ini berkonspirasi dengan kasur kapuk diatas dipan. Berharap setidaknya bisa menang di dalam mimpi.

Sekaran, 14 Februari.

Mungkin, harus mengerem ego, sekalian mempersiapkan diri, dan bila sudah saatnya nanti, dg perlahan melepaskan rem ego. Jika memang itu garisku, ya, jika memang garisku maka tak akan kemana.

Setidaknya sudah tau.