“Sing ngati-ati
ning kono”. Sebuah kalimat yang sangat sederhana Itu adalah wejangan darinya di
hari terakhirku dirumah sebelum aku pergi ke tanah perantauan dimana aku hanya
mengenal sedikit orang disini. Ya, dari sekian ribu orang di kota ini hanya nol
koma sekian persennya yang aku kenal, setelah aku menghabiskan satu tahun
terakhirku sebagai remaja belasan tahun, untuk sekedar menjalani salah satu
sekenario dari sang pencipta. Entah apakah aku telah benar mengambil script
yang telah di tetapkan-Nya untukku, ataukah aku salah dengan sedikit ngeyel sehingga diberi-Nya aku sebuah
peran dimana aku harus terbuang sangat jauh ketempat yang bahkan belum pernah
terbayangkan olehku bahwa aku akan berada disini sebelumnya .
Jika aku bisa
mengutuk, aku akan mengutuk diriku sendiri yang memilih untuk pergi ratusan
kilometer jauhnya dari wanita yang paling aku sayangi di kolong langit ini. Aku pergi ratusan kilometer jauhnya darinya
dengan niatan sekian persen ingin menjauh dari masalah dan sekian puluh
sembilan persen dengan niatan yang lebih pantas disebut dengan keegoisanku
tentang ideologiku sebagai anak “barep”,
yang sampai sekarang menyisakan sedikit ruang kekecewaan disuatu tempat di dada
ini. Mungkin sedikit ruangan itu akan selalu ada sampai saatnya aku mengakhiri
skenario ini, walaupun kelak aku memainkan peranan yang manis sekalipun. Ya,
sedikit ruang kekecewaan karena aku mungkin akan menghabiskan banyak dari sisa
umurku tanpa dia menyentuhku.
Aku masih
mengingat aroma lotion yang dia pakai saat terkahir kali aku mencium tangannya,
bahkan aku masih mengingat aroma tubuhnya saat aku memeluk dan mencium kedua
pipinya yang sudah tidak begitu kencang lagi. Juga, aku masih mengingat stelan
Seragam PNS dan jilbab hijau yang dia kenakan saat itu.
Semua masih
terekam dengan sangat Jelas di memori otak ini karena aku menyimpannya bukan
hanya di ingatanku saja, tapi ku rekam di Memori eksternal khusus untuk
menyimpan sesuatu yang sangat berharga
bagiku. Sebuah memori Ciptaan-Nya yang dapat menyimpan data ingatan dengan
sangat-sangat luar biasa amannya dan tidak akan pernah hilang yang orang sering
menyebutnya dengan Qalbu.
Dia telah
mendidik dan membentukku sehingga aku menjadi aku yang sekarang ini. Aku dengan
pola pikir yang seperti sekarang ini. Aku yang memiliki sifat seperti sekarang
ini. Dan aku yang memiliki kelakuan seperti sekarang ini. Ya, dia lah yang
paling banyak mewarnaiku sehingga aku menjadi aku yang sekarang ini. Dan aku
merasa sangat beruntung dia lah yang mengambil peran itu. Terima kasih.
Terima kasih tuhan karena tepat 48 tahun yang lalu telah menciptakan wanita yang bagiku sangat sempurna ini. Wanita yang satu kalipun tidak pernah mengecewakan aku, Dan aku pun tidak ingin mengecewakannya walau sebenarnya sangat sering aku mengecewakannya.
Selamat ulang tahun Ibu. :’)
Maaf, hanya bisa mendoakan keselamatan kesehatan dan
kebahagiaan untuk ibu dari jauh. Sudah terlalu payah anakmu ini untuk
menuliskan lebih banyak doa dengan air mata yang terus mengucur. Maaf, belum bisa pulang bu.
Thanks for caring and loving. I love you and I miss
you so bad, mom.
No comments:
Post a Comment